Day 1
Yeri berlari dengan cepat menuju halte bus—yang lokasinya sebenanrya sangat dekat dari rumahnya dan seharusnya ia tidak perlu terburu-buru untuk sampai disana. Tapi mau tak mau, Yeri harus mengerahkan seluruh tenaga kakinya dipagi hari hanya untuk sampai di halte bus yang jaraknya dekat itu. Yeri telat. Lagi. Lagi lagi dan lagi. ‘Bukan Kim Yeri namanya kalau tidak telat’ dan julukkan itu sudah melekat erat pada dirinya di sekolah. Kali ini Yeri telat karena alasan yang sama dengan biasanya, tidak lain tidak bukan adalah bangun kesiangan. Sebenarnya Yeri juga tidak suka bangun kesiangan, tapi apa daya ia tidak bisa tidur dan melakukan hal-hal yang tak bermanfaat di malam hari, ia tidak tidur dan baru bisa tidur pada saat jam lima pagi, sedangkan ia harus sampai ke sekolah paling telat jam tujuh. Dan jam-nya kini sudah menunjukkan pukul tujuh pas.Yeri mengerem kakinya dan duduk dengan nafas tersengal-sengal akibat maraton di pagi hari.
“Buru-buru ya?”
Yeri dengar, jelas ia sangat mendengar suara itu. Namun Yeri hanya menoleh sedikit kearah lelaki yang tengah berdiri menunggu bus. Laki-laki itu bertubuh lebih tinggi darinya, memakai jaket baseball hitam dan menggendong gitar dipunggungnya. Yeri lalu mengalihkan pandangannya kearah jalan, mencari-cari keberadaan bus yang sampai sekarang belum berhenti di halte ini.
“Hey aku berbicara denganmu” Laki-laki itu bicara lagi. Yeri lalu memastikan lagi dan melihat bahwa di halte itu hanya ada dia dan laki-laki yang kelihatannya seumuran dengannya itu. Yeri refleks menunjukkan telunjuknya kearah mukanya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan aku?
Laki-laki itu tertawa. “Disini kan hanya ada kau dan aku. Selain berbicara denganmu aku berbicara dengan siapa? Setan?” Setelah tertawa, laki-laki itu malah tersenyum lebar.
Yeri malah menatap laki-laki itu jutek. Ia menganggap laki-laki itu sok kenal sekali dengannya, kemudian bus berhenti tepat di halte mereka. Yeri langsung terburu-buru berlari menuju pintu bus.
Yeri masuk dan laki-laki itupun ikut masuk ke dalam bus.
***
Day 2
“Hey kau yang kemarin kan”
Yeri kali ini angkat bicara. “Ya, aku telat lagi. Puas?”
“Aku tidak bertanya kau telat atau tidak”
“Terserah” Yeri langsung mengalihkan perhatiannya dari laki-laki itu menuju handphone-nya. Ia menghela nafas begitu melihat LINE-nya, di timeline LINE-nya terdapat update dari seseorang yang benar-benar tidak ingin ia lihat lagi. Mantan pacar? Terlalu bagus menganggapnya mantan. Yeri merasa seharusnya dari awal ia tidak mengenalnya.
“Air mukamu berubah begitu melihat lelaki bernama... siapa itu? Ah! Taeyong. Punya kenangan pahit dengannya?”
Yeri kaget, wajar saja ia kaget. Kenapa tiba-tiba pria sok kenal ini duduk disampingnya dan seenaknya mengintip layar handphonenya? Yeri langsung mengunci layar handphone-nya dan memasukkan kembali handphonenya ke tas. Laki-laki itu baru saja mau bicara, namun ia mengurungkan niatnya begitu melihat ekspresi Yeri yang merasa terganggu.
Suasana menjadi canggung. Yeri mengutuk halte ini, kenapa sih setiap ia menunggu di halte ini hanya ada dia dan laki-laki sok kenal ini? Apa cuma dia dan laki-laki ini saja yang berangkat setiap jam tujuh pas?
Beruntungnya bus datang, dan Yeri merasa terselamatkan karena ia bisa kabur dari suasana canggung antara dirinya dan laki-laki sok kenal itu.
***
Day 7
“Sepertinya kita memang selalu ditakdirkan bertemu setiap jam tujuh pas ya?”
Yeri menghela nafas lalu seperti biasa melirik sinis kearah laki-laki itu. Siapa? Laki-laki sok kenal itu lagi. Yeri benar-benar tak habis pikir, kenapa ia selalu berangkat bersama laki-laki sok kenal yang ia sampai saat ini belum tau siapa laki-laki ini dan kenapa ia selalu berangkat setiap jam tujuh pas. Ini sudah hari ke 7 ia bertemu dengan laki-laki sok kenal ini. Sebenarnya Yeri penasaran, hanya saja ia malas bertanya dan malas berbincang-bincang dengan laki-laki sok kenal ini.
“Kau tidak penasaran kenapa aku selalu berangkat jam tujuh pas? Padahal kau tau kan aku juga satu sekolah denganmu?” Ujar lelaki itu tiba-tiba sambil mendudukkan tubuhnya disebelah Yeri. Yeri menghela nafas lagi. Ia benar-benar malas untuk menanggapi semua pertanyaan laki-laki sok kenal itu. Enam hari ditambah hari ini ia sudah muak dan malas melihat laki-laki sok kenal ini di halte yang sama. Yeri mendadak merinding membayangkan hari-hari kedepan apabila ia terus-terusan bertemu dengan laki-laki sok kenal ini. Apalagi ternyata laki-laki itu adalah kakak kelasnya. Yeri baru sadar ketika hari pertama mereka bertemu dan satu bus, laki-laki itu turun juga di sekolahnya dan Yeri refleks bertanya saat itu ‘kenapa kau turun disini juga?!’ dan dengan santainya laki-laki sok kenal itu membuka jaket baseballnya dan menunjukkan seragam yang ada dibalik jaketnya lalu berkata ‘ini sekolahku’ dan Yeri langsung menghela nafas lelah.
Baru saja Yeri mau mengabaikan laki-laki sok kenal itu dengan memasang earphone ditelinganya, laki-laki itu mencabut earphone Yeri.
“Hey apa-apaan sih!” Ujar Yeri tak terima. Yeri benar-benar tak habis pikir, jangan-jangan laki-laki ini menyukainya.
“Aku tau aku terlalu banyak bertanya dari enam hari terakhir”
Yeri kali ini bicara. “Lalu? Aku sudah tau. Jadi kalau kau cuma mau membicarakan soal itu lebih baik aku—“
“Tidakkah kau juga punya banyak pertanyaan yang ditujukan padaku dikepalamu?” Laki-laki itu memotong. Yeri masih dengan tatapan sinisnya memandang laki-laki itu.
“Ya benar, aku punya banyak sekali pertanyaan. Mau dengar?”
Laki-laki itu mengangguk, matanya tak lepas dari tatapan sinis Yeri.
“Oke, aku mulai dari awal. Kau ini siapa? Kau ini tinggal dimana? Kenapa dari sekian banyaknya halte kau selalu ada di halte ini? Kenapa selalu berangkat jam tujuh pas? Apa kau tidak takut dimarahi guru di sekolah kita yang tidak semuanya berbaik hati mengizinkan kita masuk?” Yeri langsung membombardir laki-laki itu dengan banyak pertanyaan, ia bicara tanpa jeda sampai laki-laki itu terdiam sejenak berusaha mencerna pertanyaan Yeri.
“Aku tinggal di depan rumahmu, tepat sekali di depan rumahmu. Kamarmu dan kamarku seperti berhadapan. Dan kenapa aku harus selalu ada di halte ini? karena kau tahu sendiri, halte ini paling dekat dari rumah kita. Lalu soal berangkat jam tujuh pas, aku selalu bangun kesiangan dan tidak tidur tengah malam terus sama seperti kau. Dan pertanyaan terakhir, jawabannya adalah, aku sama sekali tidak takut karena bukankah sangat beruntung apabila kita disuruh pulang kembali? Kita tidak perlu mengikuti jam pelajaran” Laki-laki itu menjelaskan secara rinci dan tenang. Berbeda dengan Yeri yang tadi bertanya tergesa-gesa.
Mendengar semua jawaban itu, Yeri memutar otaknya. Ada beberapa jawaban dari laki-laki itu yang mengganggu pikirannya. 1. Sejak kapan rumah yang berada di depannya itu diisi? Setahu Yeri, rumah tingkat dua yang modelnya persis seperti rumahnya itu tidak pernah dihuni seseorang dan Yeri tidak pernah melihat ada orang yang pindahan ke rumah depan rumahnya itu. Yeri langsung merinding dan mengira bahwa laki-laki yang ada disampingnya ini hantu atau arwah yang sedang gentayangan. Yeri berusaha menenangkan pikirannya. Oh Kim Yeri, mana mungkin hantu muncul tiap pagi dan bahkan sekolah? Dan yang ke-2. Jawaban laki-laki itu saat mengatakan bahwa ia tidak tidur di tengah malam sama seperti Yeri. Apa maksudnya? Darimana ia tau kalau Yeri tidak tidur tengah malam? Apa ia melihat Yeri karaokean atau joget-joget aneh dikamar tengah malam saat Yeri tidak bisa tidur? Baru saja Yeri mau memikirkan jawaban laki-laki yang mengganggu yang ke-3, laki-laki itu mengulurkan tangannya dan membuat Yeri menatapnya dengan tatapan Apa?
“Kau belum tahu namaku bukan? Orang zaman dahulu bilang, memperkenalkan diri itu jauh lebih sopan dan lebih sah dengan berjabat tangan” Laki-laki itu mengulurkan tangannya semakin dekat dengan tangan Yeri. Yeri seperti terhipnotis dan menjabat uluran tangan tersebut.
“Namaku...”
Bus berhenti. Yeri langsung melemparkan pandangannya kearah bus yang sudah menunggu dan supir bus yang sudah memanggil Yeri dan laki-laki itu. ‘mau naik atau tidak?’. Yeri langsung panik dan mulai mengambil ancang-ancang untuk langsung menaikki bus tersebut namun, laki-laki itu belum melepaskan tangannya dari tangan Yeri.
“Kita bisa berkenalan nanti, bisakah sekarang kau lepaskan dulu tanganmu? Oh ayolah aku sedang buru-buru!” Yeri mulai panik. Namun laki-laki itu tak bergeming dan masih memegang tangan Yeri. Yeri berusaha melepaskan tangannya dari jabatan tangan laki-laki itu namun sulit.
“Aku juga sedang terburu-buru, tapi kau mau tau namaku kan?” Tanya laki-laki itu. Disaat-saat seperti ini ia masih memikirkan perkenalan? Yeri langsung melotot kesal.
“Lepaskan atau aku akan mengeluarkan jurus karateku?”
Yeri lalu menoleh lagi kearah bus dan sial. Busnya sudah melaju. Barulah laki-laki itu melepaskan tangan Yeri.
“Kau sengaja ya?” Yeri mulai membentak. Suaranya mulai melengking. Laki-laki itu malah tertawa dengan santainya.
“Hey, kalau kau mau bolos sekolah, kau tidak perlu mengajakku dan kau... kau ini kenapa sih? Kau sakit jiwa? Bus itu bisa jadi bus terakhir, dan kalau aku jalan kaki ke sekolah aku akan sampai jam berapa disana? Sekarang saja sudah jam tujuh lewat, kau mau aku—“ Yeri belum selesai berceloteh, laki-laki itu memotong.
“Ini hari Minggu”
Yeri terdiam dan langsung mengecek kalender di handphone-nya dan... ya laki-laki itu benar, sekarang hari Minggu dan Yeri seharusnya tidak sekolah di hari libur. Yeri langsung salah tingkah lalu langsung kesal karena tidak mengecek kalender dulu sebelum berangkat, ayah dan Ibu Yeri sedang ke luar kota, wajar saja ia kelepasan keluar dengan seragam ini.
“Kau benar” Ujar Yeri dengan nada cool. Berusaha bersifat tetap tenang dan tidak terlihat bodoh dihadapan laki-laki itu. Tapi yang membuat Yeri heran, kenapa laki-laki ini juga mau berangkat?
“Aku menyelamatkanmu kan? Lebih tepatnya menyelamatkan ongkosmu. Kalau saja aku tidak menjabat tanganmu tadi, kau pasti hanya akan membuang-buang uang dan tentunya energi”
“Ya” Yeri menjawab singkat. Sebenarnya ia ingin berterimakasih, namun gengsinya terlalu tinggi untuk mengatakannya pada laki-laki itu.
“Aku anggap ‘ya’ tadi adalah ucapan terimakasih” Ujar laki-laki itu santai.
“Kenapa kau juga berangkat?” Tanya Yeri, laki-laki itu terdiam sebentar lalu membuka jaketnya yang di dalamnya hanya kaos biasa, bukan seragam sekolah dan yang Yeri tidak sadar dari tadi adalah, celananya bukan celana untuk sekolah melainkan jeans gaya.
“Aku hanya ingin menemuimu saja”
Yeri tertawa geli kemudian langsung teringat lagi akan jawaban-jawaban laki-laki itu yang mengganggu pikirannya yaitu sejak-kapan-ia-tinggal-didepan-rumahnya dan darimana-dia-tau-kalau-aku-insomnia.
“Maaf ini terkesan tidak sopan dan lancang tapi kau siapa?” Yeri memberanikan diri bertanya. Laki-laki itu tersenyum.
“Perlu berjabat tangan lagi?”
“Tidak perlu. Cepat katakan saja, namamu”
“Jeon Jungkook”
Jungkook? Yeri bahkan tidak pernah mendengar dari siapapun bahwa ada seseorang bernama Jungkook yang tinggal diwilayah rumahnya. Yeri berkali-kali meyakinkan bahwa Jungkook bukan hantu, untung tadi sudah ada bukti. Tangannya benar-benar ada dan kakinya menapak dan yang jelas ia tidak tembus pandang—Oh ayolah Yeri, dia manusia.
“Maaf lagi-lagi aku tak sopan tapi aku akan membombardirmu dengan berbagai macam pertanyaan lagi. Siap menjawab? Sejujur-jujurnya.” Ujar Yeri sambil melipat tangannya dan menatap Jungkook penuh tatapan curiga. Jungkook hanya mengangguk.
“Sejak kapan kau tinggal dirumah di depan rumahku? Yang aku tahu, rumah itu kosong setelah sepasang suami istri tidak tinggal disitu lagi dan itu sudah lama sekali tidak dihuni, lalu kenapa kau tiba-tiba tinggal disitu? Ini pertanyaan yang pertama. Masih ada banyak pertanyaan yang akan menyusul setelah kau menjawab pertanyaan ini” Ujar Yeri bicara dengan cepat sampai membuat Jungkook melongo sesaat.
“Sepasang suami istri yang tinggal dirumah itu adalah ayah dan ibuku, aku sekolah menengah pertama di Busan jadi aku dan orangtuaku terpisah. Aku di Busan dengan kakek dan nenekku, orangtuaku di Seoul di depan rumahmu. Lalu sekarang aku sekolah menengah atas di Seoul jadi aku tinggal bersama ayah dan ibuku. Memangnya kau tidak kenal ayah dan ibuku? Mereka kan sudah cukup lama tinggal disitu” Jungkook menjawab dengan pelan dan tenang.
“Oh begitu... Aku jarang keluar rumah dan jarang bersosialisasi. Lagipula menurutmu, aku akan nyambung dengan ayah dan ibumu? Tentu saja tidak. Maka dari itu mungkin ayah dan ibuku yang tau tentang keluargamu, bukan aku” Yeri menjawab. Jungkook hanya bergumam dan mengangguk-angguk.
“Ada pertanyaan lagi, Kim Yeri?”
Baru saja Yeri mau menjawab, Yeri terbelalak akan satu hal. Darimana Jungkook tau namanya Kim Yeri?
“Darimana kau tau namaku? Seingatku selama seminggu kita bertemu aku tidak pernah memperkenalkan namaku”
“Dari ayah dan ibuku”
“Ayah dan Ibumu kenal aku?”
“Tentu. Aku yang tanya pada mereka, katanya kau itu Kim Yeri anaknya tetangga kami”
“Oh” Sepertinya Yeri terlalu curiga akan Jeon Jungkook.
“Dari ‘oh’-mu tadi sepertinya kau masih belum puas menanyakan berbagai macam hal padaku ya?”
“Tentu saja. Darimana kau tau aku tidak tidur di malam hari? Oh ya, kenapa kau menanyakan namaku pada Ayah dan Ibumu? Apa aku pernah bertingkah laku aneh di kamar dan kau melihatnya dari jendela kamarmu...?” Tanya Yeri ragu. Jelas saja Yeri takut Jungkook melihat kelakuan gilanya setiap larut malam karena tidak bisa tidur. Yeri membunuh rasa bosannya dengan melakukan hal gila seperti karaoke dengan suara keras,—tak peduli mengganggu Ayah dan Ibunya atau tetangga lain atau tidak—berlompat-lompat diatas kasur, menari-nari sambil menyetel lagu dengan dentuman keras dengan speaker dan ia terkadang melakukan itu tanpa menutup tirai jendela kamarnya terlebih dahulu, semakin memikirkan kegilaannya tanpa menutup tirai jendela kamarnya, Yeri semakin takut jika Jungkook ternyata benar-benar melihat kegilaannya itu.
“Jendela kamarmu yang besar dan jarang ditutup tirai itu. Dari situ aku melihatnya. Hal aneh seperti karaoke tengah malam dengan volume musik yang full atau lompat-lompat dikasur atau berjoget-joget tidak jelas?” Jungkook tersenyum jahil. Yeri langsung terbelalak, matanya melotot kearah Jungkook.
Sial, tepat sekali. dia lihat.
“Kau tidak mengiraku sakit jiwa kan?” Tanya Yeri ragu pada Jungkook. Jungkook menggeleng. Yeri menghela nafas lega. Namun muncul pikiran baru yang mengganggunya, Yeri teringat bahwa ia jarang atau bahkan tidak pernah menutup tirainya, ya ia memang seceroboh itu. Lalu ia teringat, bagaimana kalau ia berganti pakaian sebelum tidur? Jangan-jangan...
“Kau... kau ini penguntit mesum ya?!” Teriak Yeri sampai membuat orang-orang yang berjalan melwati halte menatap mereka dengan tatapan aneh. Jungkook langsung panik.
“Apa maksudmu? Aku hanya tidak sengaja melihat keanehanmu tiap malam karena aku juga tapi aku juga suka tidak tidur jadi itu tidak disengaja!” Ucap Jungkook panik. Yeri tetap lebih panik dari Jungkook, masalahnya adalah Jungkook pernah melihatnya berganti pakaian atau tidak?
“Kau... kenapa kau melihat jendela kamarku? Apa kau juga tidak menutup tiraimu?!” Yeri semakin sewot. Jungkook menutup telinganya karena suara Yeri yang sangat keras.
“Tenangkan dirimu bisa tidak sih? Iya aku tidak menutup tiraiku karena aku sangat suka langit, jadi aku selalu melihat langit tiap malam dan tidak menutup tiraku lalu aku tak sengaja harus melihat tingkah laku anehmu jadi—“
“Persetan dengan langit atau tingkah anehku. Bukan itu masalahnya Jeon Jungkook! Aku tidak pernah berganti pakaian saat tirai kamarku terbuka kan?” Yeri menatap Jungkook dengan tatapan mengintrogasi. Jungkook mulai memunculkan ide-ide jahil dikepalanya.
“Pernah” ujar Jungkook santai. Dan mulai menghitung dalam hati, pasti dalam htiungan 3 detik, Yeri akan langsung berteriak panik atau semacamnya. 3...
“BYUNTAE!!!!!!!! Otak mesum!!!!!!!!!” Tidak sampai 3 detik ternyata, hanya 1 detik saja Yeri langsung berteriak memaki Jungkook. Yeri memundurkan langkahnya menjauhi Jungkook, wajahnya benar-benar ketakutan. Jungkook tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Yeri.
“Hey Kim Yeri, reaksimu berlebihan. Konyol sekali. Kau tau aku kau ternyata masih waras, aku sesekali melihat tirai jendela kamarmu tertutup mungkin saat itu kau sedang berganti baju. Aku tidak merlihat apapun yang berbahaya. Okay? Jadi berhenti memanggilku byuntae”
Yeri menghela nafas lega. Ia terlalu berlebihan, namun sadar ia telah dijahili oleh kebohongan Jungkook yang membuatnya berteriak-teriak seperti orang kesetanan di halte.
“Benarkah?” Yeri menyipitkan matanya seolah-olah masih ragu. Jungkook tersenyum jahil—lagi.
“Aku tidak melihat apa-apa kok. Sungguh. Hanya saja saat kau berganti pakaian, meskipun tirai jendela kamarmu tertutup tapi masih kelihatan...sedikit”
Yeri langsung memukul Jungkook dan mulai mengambil ancang-ancang untuk menendang Jungkook dengan teknik karatenya.
“Aku hanya bercanda”
Yeri tetap memukul Jungkook. “Bercandamu tidak lucu!”
“Hey kau mau pergi hari ini?” Tanya Jungkook pada Yeri.
“Tidak. Kenapa?” Yeri sudah curiga pasti Jungkook akan mengajak Yeri pergi jalan-jalan atau apa, Yeri orangnya sangat peka sampai-sampai bisa dibilang terlalu gr.
“Ayo kita pergi”
“Kau kira aku mau pergi jalan-jalan dengan seorang penguntit mesum yang baru saja aku kenal namanya hari ini?” Yeri menatap Jungkook jutek. Jungkook tertawa.
“Kau kira aku ini orang jahat? Kalau aku orang jahat kenapa Ayah dan ibumu dekat dengan Ayah dan Ibuku?”
Yeri berpikir sesaat dan mematung diam. Jungkook menarik tangan Yeri tepat saat bus berhenti, Jungkook langsung menarik tangan Yeri masuk ke dalam bus.
“Eh kita mau kemana?” Yeri panik.
“Suatu tempat yang kau suka, tapi itu juga mungkin. Menurutku sih kau akan suka” Lalu Jungkook masih menarik tangan Yeri dan mereka duduk di kursi bus.
“Kau gila ya? Aku bahkan belum mengiyakan? Jujur ya, kau suka padaku ya? Maaf ya penguntit mesum tapi aku sedang patah hati jadi aku masih belum bisa—lebih tepatnya belum mau membuka hatiku pada laki-laki sembarangan seperti dulu lagi. Jadi sebaiknya kau menyerah sa—“
“Kita ke kebun binatang. Kau pasti senang kan? Aku yakin sih kau suka” Jungkook memotong. Yeri menatap Jungkook heran.
“Darimana kau tau aku suka binatang?”
“Kamarmu. Stiker berukuran besar yang tertempel di tembokmu itu kelihatan jelas sekali. Binatang semua, aku ingat kalau tidak salah ada harimau, buaya, panda, ular—“
“Oke penguntit mesum kau tidak perlu mengabsen semua stiker binatang yang ada dikamarku”
“Benar kan kau suka?”
Yeri hanya mengangguk. Namun Jungkook malah semakin penasaran.
“Kenapa kau suka?”
“Tidak ada alasan”
“Mana mungkin tidak ada alasan” Ucap Jungkook terus membombardir Yeri seolah-olah Yeri harus memberikan alasan yang jelas. Yeri memutar bola matanya.
“Kalau alasanku adalah karena binatang lebih setia dari manusia apa itu akan terdengar indah ditelingamu?”
Jungkook hanya tertawa. Kemudian suasana menjadi hening. Jungkook tidak mengajak ngobrol Yeri dan hanya menatap jendela bus dan menatap langit biru yang indah dan cerah.
“Kau suka langit?” Yeri bertanya tiba-tiba. Jungkook langsung mengubah fokusnya dari langit menjadi kearah Yeri.
“Bukankah aku sudah bilang? Ya aku suka. Itulah alasan kenapa aku tidak menutup tiraiku juga”
Yeri hanya mengangguk-angguk paham. Lalu suasana kembali hening.
“Kau mau bertukar tempat duduk denganku? Langitnya sangat indah mungkin kau suka”
“Tidak usah, bukankah kau yang terang-terangan bilang kalau kau suka langit? Oh ya, kau tidak perlu memperhatikanku lagi karena ya kau tau ini agak sedikit aneh tapi tiap siang hari aku bisa tidur dimana saja tanpa sadar jadi kalau tiba-tiba aku terlelap kau jangan bangunkan aku dan bangunkan aku saat kita sudah sampai saja oke?” Ujar Yeri cepat. Jungkook hanya tertawa kecil lalu mengiyakan. Dan beberapa menit kemudian Yeri sudah berada dalam alam mimpinya.
***
Yeri berjalan dengan keadaan belum “sadar” sepenuhnya. Ia bisa dikatakan tengah berjalan sambil tidur. Sesekali ia ‘ngelindur’ sampai membuat Jungkook terheran-heran ‘sebenarnya dia sudah bangun dari tidurnya belum sih’.
“Kim Yeri!” Teriak Jungkook di telinga Yeri, Yeri langsung terbelalak dan sadar dari alam mimpinya.
“Dimana kita?” Ujar Yeri sambil mengedip-ngedipkan matanya lalu menguap.
“Sudah sampai. Di tempat yang kau sukai”
Yeri seketika tersenyum melihat gerbang kebun binatang. Sudah lama ia tidak kesini, terakhir kesini mungkin saat diadakan study tour tentang hewan dari sekolah menengah atasnya.
“Kenapa kau mengajakku kesini?”
“Karena kau suka kan, Kim Yeri?”
“Iya tapi kenapa mendadak hari ini harus kesini?”
“Karena bosan dan kau juga tidak ada acara kan?”
Yeri tak menjawab lagi. Kemudian suasana canggung. Mereka mungkin harus berkenalan sekali lagi karena mereka belum benar-benar kenal satu sama lain.
“Yasudah ayo masuk” Ujar Jungkook mendorong Yeri.
“Hey, kita pisah saja ya? Aku ingin punya waktu sendiri dengan binatang-binatang ini” Kata Yeri dengan semangat pada Jungkook.
Belum sempat Jungkook mengiyakan, Yeri sudah beranjak pergi meninggalkannya. Jungkook.
“Dasar cewek aneh...” Ujar Jungkook sambil memutar bola matanya.
***
Setelah berjalan memutari kebun binatang sendirian, Jungkook mulai merasa bosan dan mencari Yeri.
Tak sulit mencari Yeri, ternyata ia sedang berada di pusat makanan, namun Yeri hanya berdiri mematung dan arah matanya menuju sepasang kekasih yang sedang makan eskrim bersama, dan laki-lakinya adalah Taeyong, mantan pacarnya sendiri. Jungkook lalu menghampiri Yeri.
“Kim Yeri” Panggil Jungkook. Yeri tak bergeming. Jungkook lalu melambai-lambaikan tangannya didepan mata Yeri namun Yeri tidak berkedip sedikitpun. Malah matanya mulai mau menangis melihat sepasang kekasih itu.
Jungkook mulai bisa membaca situasi dan perasaan Yeri. Lalu Jungkookpun melakukan sesuatu yang menurutnya bisa menenangkan suasana hati Yeri yang mungkin sangat hancur saat ini.
Jungkook memeluk Yeri dari belakang. Membuat Yeri terkejut dan merasa jantungnya mau copot. Apa yang Jungkook lakukan?
Tapi cara Jungkook memeluk Yeri ini sangat aneh, karena Jungkook sedikit lebih tinggi dari Yeri, ia lalu memeluk kepala Yeri dan malah terlihat seperti mau mencekik Yeri. Seperti Baymax yang memeluk Hiro (Big Hero 6). Yeri langsung terheran-heran.
“Aku pernah nonton di film Big Hero 6, rilis tahun 2014. Kau pasti sudah menontonnya kan?”
Yeri tak bergeming. Masih kaget dan jantungnya terasa berdebar-debar kencang.
“Oke kau pasti pernah menontonnya. Kau tahu, aku memelukmu seperti Baymax memeluk Hiro. Kenapa? Karena menurut Baymax, pelukan itu bisa menenangkan dan menyembuhkan luka dihati ya kira-kira seperti itulah”
***
Jungkook dan Yeri kini sedang dalam perjalanan pulang. Semenjak kejadian tadi suasana benar-benar hening dan canggung. Tak ada satupun dari Jungkook dan Yeri yang memulai pembicaraan. Jungkook tidak duduk dikursi bus sebelah Yeri, melainkan memilih berdiri dan tidak duduk padahal bus sudah berjalan.
“Duduklah”
“Tidak apa-apa sebaiknya aku berdiri saja”
“Langit malam ini sangat bagus, jadi duduklah”
Mendengar itu, Jungkook langsung duduk dan melemparkan tatapannya kearah bintang-bintang yang bersinar menyinari langit malam. Jungkook lalu tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kearah Yeri.
“Soal tadi... aku tau aku sangat lancang apalagi kita baru berkenalan hari ini. Jadi aku benar-benar minta ma—“ Jungkook berniat mengucapkan bahwa ia benar-benar minta maaf atas perilakunya yang seperti Baymax di kebun binatang tadi, tapi kata-kata maaf itu belum keluar dari mulutnya karena sudah dipotong oleh Yeri.
“Terimakasih” Yeri memotong. Jungkook terbelalak.
“Untuk apa?” Tanya Jungkook penasaran. Namun Yeri tidak menghiraukan pertanyaan Jungkook dan langsung memasang earphone di telinganya. Jungkook langsung paham, bahwa untuk orang bergengsi tinggi seperti Yeri, tentu sangat sulit mengucapkan terimakasih, tapi akan sangat sulit juga untuk menjelaskan alasan kenapa berterimakasihnya juga.
“Tiba-tiba saja aku ngantuk. Padahal masih jam tujuh, jadi aku minta maaf kalau aku tidur. Kau tahu malam nanti aku akan bertarung dengan rasa bosanku karena aku yakin insomniaku akan hadir jadi aku mau tidur sekarang... setidaknya 30 menit cukup. Oh ya, tolong cek handphoneku ya. Kalau baterainya low tolong matikan musiknya. Handphoneku tidak pakai password jadi akan mudah” Ujar Yeri dengan cepat dan langsung memejamkan matanya tanpa memberi kesempatan untuk Jungkook menjawab.
Beberapa menit berlalu, Yeri sudah terlelap. Jungkook lalu mengecek handphone Yeri sesuai perintahnya dan melihat bar baterainya dan baterai handphonenya sudah low. Lalu Jungkook mematikan musik di handphone Yeri, namun ia tidak hanya melakukan itu. Ia pun memasukkan nomor teleponnya dan menelepon nomor teleponnya sendiri untuk mengetahui nomor Yeri.
Dan Jungkookpun mulai memberi nama pada nomor teleponnya di kontak Yeri yaitu “Jungkook oppa”.
***
Setelah berjalan dari halte pemberhentian sampai rumah, tidak ada satupun dari Yeri dan Jungkook yang masuk kedalam rumahnya masing-masing. Mereka berdiri mematung tanpa mengeluarkan suara apapun. Karena udaranya sangat dingin, Jungkook khawatir Yeri si gadis bergengsi tinggi ini akan mati membeku, ia sudah bisa membaca situasi saat ini yaitu Yeri-ingin-cepat-cepat-masuk-dan-menghangatkan-dirinya-namun-ia-gengsi-untuk-masuk-duluan.
“Masuklah”
Yeri lalu menatap Jungkook dan menggeleng.
“Ladies first” Jungkook mulai memaksa. Yeri lagi-lagi menggeleng. Jungkook menghela nafas gusar. Lalu kedua tangan Jungkook memegang pipi Yeri. Pipinya dingin sekali, Jungkook sampai kaget dan tidak sadar bahwa yang ia pegang itu benar-benar pipi bukan es batu. Yeri terbelalak begitu merasakan hangatnya tangan Jungkook dipipinya. Melihat reaksi Yeri yang kelihatannya sangat kaget, Jungkook melepaskan tangannya dari pipi Yeri.
“Pipimu... dingin sekali. Cepat masuk”
Yeri kali ini tidak menggeleng lalu ia membuka pagar rumahnya dan ketika mau menguncinya ia melihat lagi kearah Jungkook.
“Kau juga masuk. Kau bisa kena flu kalau berdiam diri terlalu lama di tengah malam yang cukup dingin ini” Ujar Yeri tersenyum lalu berjalan membuka pintu rumahnya dan masuk.
Jungkook tetap diam. Merasa terpukau dan terpesona setelah diberikan sebuah senyuman manis dari gadis itu. Tak lama Yeri sudah ada dikamarnya dan duduk dimeja belajarnya yang menghadap ke jendela luar. Dari bawah Jungkook menatapnya sambil tersenyum.
Muncul ide jahil dalam diri Jungkook, ia mengambil batu kerikil dan melemparnya ke jendela kamar Yeri.
Yeri langsung kaget dan menatap kebawah. Kenapa dia belum masuk juga?
Yeri menatap Jungkook dengan tatapan aneh, tidak Yeri tidak marah akan kelakuan jahil Jungkook, hanya saja ia bingung kenapa laki-laki itu tidak segera masuk ke dalam rumahnya sendiri? Jungkook lalu mengambil handphone dari saku celananya dan mengetik sms untuk Yeri.
Yeri lalu mengecek handphonenya, ternyata ada sms masuk dan Yeri kaget melihat nama pengirim sms itu dan isi sms-nya.
From: Jungkook oppa.
Terimakasih untuk hari ini, Kim Yeri.
Yeri lalu membalas sms itu.
To: Jungkook oppa.
Kapan kau menyimpan nomor ponselmu dengan nama semenjijikan ini?
P.S: Cepat masuk, udaranya dingin sekali diluar. Kau mau mati?
Jungkook tersenyum begitu melihat balasan dari Yeri dan membalasnya.
To: Kim Yeri
Apanya yang menjijikan? Aku kan 2 tahun lebih tua darimu, jadi kau harus memanggilku ‘oppa’.
Iya aku akan masuk, kau ini bawel sekali.
Jungkook tahu Yeri khawatir apabila Jungkook tidak masuk juga. Jungkookpun akhirnya masuk ke rumahnya. Yeri menghela nafas lega, kalau ia tidak menyuruh Jungkook untuk segera masuk ke rumahnya, pria itu bisa mati membeku atau berubah menjadi bongkahan es.
Yeri lalu memastikan bahwa Jungkook sudah masuk. Ia lalu menyalakan laptopnya, berusaha menghibur kebosanannya yang akan terus berlaku sampai jam empat atau lima pagi. Yeri mengusap-usap matanya. Sebenarnya ia lelah sekali, ia ingin tidur tapi tidak bisa. Yeri lalu hanya berkutat dengan laptopnya, mencari film atau drama yang belum pernah ia tonton. Sayangnya semua drama atau film yang ada dilaptopnya sudah pernah ia tonton semua demi menghibur malamnya yang membosankan.
Yeri memutuskan untuk menyetel lagu dan memasag earphonenya, lagu pertama yang terdengar di telinganya adalah lagu Taeyong dan GD yaitu Good Boy, Yeri langsung mengganti lagu itu karena sangat tidak sesuai untuk disetel dimalam hari yang sepi dan untuk suasana hatinya yang lelah. Lalu ia memindahkan lagunya, karena di shuffle mode, Yeri tidak tahu lagu apa yang akan terputar selanjutnya. Lalu lagu soundtrack drama Scarlet Heart Ryeo, Loco&Punch – Say Yes terdengar ditelinganya dan tepat saat lagu itu mulai, terdengar suara berisik di sebrang seperti suara kaca yang diketuk-ketuk. Yeri lalu melihat ke sebrang, melihat Jungkook sedang duduk di depan meja belajarnya yang terletak di depan jendela . Posisi meja belajar mereka ternyata berhadapan, sehingga sekarang mereka sedang bertatapan. Yeri menatap Jungkook lama, tak bergeming dan lagu romantis itu terus berjalan. Yeri merasa ada yang aneh dihatinya, kenapa ia merasa soundtrack ini sangat sesuai ketika ia melihat Jungkook disebrang yang sedang melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum kearah Yeri?
Yeri lalu bergumam dalam hatinya “Tidak. Tidak mungkin aku-“
니 눈앞에 왔잖아
I’m in front of you
내가 여기 있잖아
I’m right here
너의 입술로 말을 해줘
Tell me with your lips
say yes say yes
Lalu dering sms Yeri mengagetkannya, ia lalu menghentikan lagunya sejenak dan berusaha menenangkan dirinya dan jantungnya yang berdegup sangat cepat.
From: Jungkook oppa.
Hey kau yang sedang bermain laptop! Apakah di laptopmu ada skype? Aku minta ID-mu!
Yeri tertawa membaca sms itu. “Untuk apa aku memberikan ID skype-ku pada laki-laki sok kenal itu?”
Ia berusaha sebisa mungkin untuk mengabaikan sms itu, namun ia tak bisa. Ia tetap membalasnya dan memberikan ID-nya. Ia memutar kembali lagu Loco&Punch – Say Yes.
나도 모르게
Without knowing
너에게 가고 있나봐
I’m going to you
부는 바람에 내 맘 전할래
I wanna tell you my heart with the blowing wind
love is true
Yeri lalu tersadar bahwa ada yang aneh dari dirinya. Bagaimana bisa ia jatuh hati pada seseorang hanya dalam tujuh hari? Dan bagaimana bisa ia rindu ingin bertemu Jungkook walaupun sekarang Jungkook ada dihadapannya—disebrang rumahnya lebih tepatnya.
Lalu Yeri login di skype-nya dan langsung muncul chat dari Jungkook.
jeonjungkook97: ID-mu hampir sama dengan ID-ku. Kebetulan?
kimyeri99: apanya yang sama? Angkanya saja beda.
jeonjungkok97: tapi kan terlihat sama... yasudah lupakan saja masalah ID ini. Kau bosan ya?
kimyeri99: Setiap malam juga begini...
jeonjungkook97: kalau begitu aku akan mengubah malam-mu yang membosankan ini. Terima video call dariku ya.
kimyeri99: hmm ok.
Akhirnya mereka video call. Yeri melihat di layar Jungkook tengah sibuk mengotak-atik gitar yang entah sejak kapan ia ambil. Yeri hanya bisa bertanya-tanya apa yang akan Jungkook lakukan dengan gitar itu.
Dan dari laptop itu terdengar suara Jungkook dan gitarnya mengalunkan lagu Coffee – BTS.
baby baby 그대는
Baby baby, you’re a
Caramel Macchiato
여전히 내 입가엔
Your scent is still
그대 향기 달콤해
sweet on my lips
baby baby tonight
Yeri terpana. Ia tidak melihat layar laptopnya tapi ia melihat Jungkook di jendela. Yeri merasa di hatinya sedang banyak bunga-bunga bermekaran dan jantungnya seperti sudah tidak kuat lagi ingin copot.
Jungkook sadar bahwa Yeri melihat kearah jendela, dan Jungkookpun mengarahkan pandangannya kearah jendela kamar Yeri juga. Mereka kini bertatapan dari jendela masing-masing. Suara Jungkook bernyanyi masih terdengar di laptop Yeri, petikan gitarnya dan suaranya yang menenangkan hatinya. Dan Jungkookpun menghentikan nyanyiannya.
jeonjungkook97: bagaimana? apa itu bisa menenangkan hatimu dan membunuh rasa bosan yang menghantuimu?
kimyeri99: terimakasih... Jungkook oppa.
jeonjungkook97: EH???? AKU TIDAK SALAH BACA NIH
kimyeri99: reaksimu berlebihan deh.
jeonjungkook97: haha maaf Yeri-ya, aku hanya terlalu kaget kau memanggilku oppa. Sering-sering ya!
kimyeri99: tidak mau ah, menggelikan.
jeonjungkook97: dasar cewek bergengsi tinggi.
kimyeri99: dasar cowok aneh.
jeonjungkook97: umm, aku lelah mengetik. aku ingin bicara saja.
“Dengarkan aku baik-baik” Ucap Jungkook. Yeri menatap layar laptop dengan penuh tanya. Jantungnya masih berdebar.
“Kau ingat kan tadi aku bilang aku sangat suka langit. Malam ini langitnya bagus sekali makanya aku membuka tirai jendela kamarku.”
Jungkook berhenti bicara sejenak. Yeri masih menatap layar laptop dengan tatapan ia siap mendengarkan semua ucapan Jungkook.
“Hari pertama saat aku pindah ke rumah ini aku memutuskan untuk bermain game di laptop sampai larut malam. Karena tidak bisa tidur, aku langsung membuka tirai jendela kamarku untuk melihat langit, tapi yang aku lihat bukan hanya langit tapi ada seorang gadis aneh tengah melompat-lompat di tempat tidur dengan dentuman lagu yang keras”
“Keesokkan harinya aku ingin melihat langit di tengah malam lagi tapi sebenarnya aku juga penasaran apakah gadis itu akan melakukan hal-hal gila lainnya atau tidak. Jadi saat tengah malam aku membuka tirai jendela kamarku dan mendapati gadis itu sedang karaoke diatas tempat tidur”
“Setiap tengah malam aku tidak tidur dan selalu membuka tirai jendela kamarku untuk melihat langit malam yang indah. Tapi sejak saat itu, tujuanku bukan hanya untuk melihat langit malam saja.”
“Aku membiasakan tidak tidur tengah malam untuk melihat langit malam dan juga untuk... melihat gadis gila itu dan agar bisa telat berangkat sekolah bersama.”
“Aku aneh ya? Mungkin aku selalu ingin melihat gadis gila itu karena aku menyukainya”
“Dan gadis gila yang selalu ingin ku lihat saat tengah malam adalah kau, Kim Yeri.”
Yeri terdiam, ia merasakan hatinya sangat berbunga-bunga mendengarkan semua ucapan Jungkook tadi. Dan Yeri tahu bahwa ia beruntung, malam-malam berikutnya ia tidak akan pernah merasa bosan lagi.
The End.
“Hey kau yang kemarin kan”
Yeri kali ini angkat bicara. “Ya, aku telat lagi. Puas?”
“Aku tidak bertanya kau telat atau tidak”
“Terserah” Yeri langsung mengalihkan perhatiannya dari laki-laki itu menuju handphone-nya. Ia menghela nafas begitu melihat LINE-nya, di timeline LINE-nya terdapat update dari seseorang yang benar-benar tidak ingin ia lihat lagi. Mantan pacar? Terlalu bagus menganggapnya mantan. Yeri merasa seharusnya dari awal ia tidak mengenalnya.
“Air mukamu berubah begitu melihat lelaki bernama... siapa itu? Ah! Taeyong. Punya kenangan pahit dengannya?”
Yeri kaget, wajar saja ia kaget. Kenapa tiba-tiba pria sok kenal ini duduk disampingnya dan seenaknya mengintip layar handphonenya? Yeri langsung mengunci layar handphone-nya dan memasukkan kembali handphonenya ke tas. Laki-laki itu baru saja mau bicara, namun ia mengurungkan niatnya begitu melihat ekspresi Yeri yang merasa terganggu.
Suasana menjadi canggung. Yeri mengutuk halte ini, kenapa sih setiap ia menunggu di halte ini hanya ada dia dan laki-laki sok kenal ini? Apa cuma dia dan laki-laki ini saja yang berangkat setiap jam tujuh pas?
Beruntungnya bus datang, dan Yeri merasa terselamatkan karena ia bisa kabur dari suasana canggung antara dirinya dan laki-laki sok kenal itu.
***
Day 7
“Sepertinya kita memang selalu ditakdirkan bertemu setiap jam tujuh pas ya?”
Yeri menghela nafas lalu seperti biasa melirik sinis kearah laki-laki itu. Siapa? Laki-laki sok kenal itu lagi. Yeri benar-benar tak habis pikir, kenapa ia selalu berangkat bersama laki-laki sok kenal yang ia sampai saat ini belum tau siapa laki-laki ini dan kenapa ia selalu berangkat setiap jam tujuh pas. Ini sudah hari ke 7 ia bertemu dengan laki-laki sok kenal ini. Sebenarnya Yeri penasaran, hanya saja ia malas bertanya dan malas berbincang-bincang dengan laki-laki sok kenal ini.
“Kau tidak penasaran kenapa aku selalu berangkat jam tujuh pas? Padahal kau tau kan aku juga satu sekolah denganmu?” Ujar lelaki itu tiba-tiba sambil mendudukkan tubuhnya disebelah Yeri. Yeri menghela nafas lagi. Ia benar-benar malas untuk menanggapi semua pertanyaan laki-laki sok kenal itu. Enam hari ditambah hari ini ia sudah muak dan malas melihat laki-laki sok kenal ini di halte yang sama. Yeri mendadak merinding membayangkan hari-hari kedepan apabila ia terus-terusan bertemu dengan laki-laki sok kenal ini. Apalagi ternyata laki-laki itu adalah kakak kelasnya. Yeri baru sadar ketika hari pertama mereka bertemu dan satu bus, laki-laki itu turun juga di sekolahnya dan Yeri refleks bertanya saat itu ‘kenapa kau turun disini juga?!’ dan dengan santainya laki-laki sok kenal itu membuka jaket baseballnya dan menunjukkan seragam yang ada dibalik jaketnya lalu berkata ‘ini sekolahku’ dan Yeri langsung menghela nafas lelah.
Baru saja Yeri mau mengabaikan laki-laki sok kenal itu dengan memasang earphone ditelinganya, laki-laki itu mencabut earphone Yeri.
“Hey apa-apaan sih!” Ujar Yeri tak terima. Yeri benar-benar tak habis pikir, jangan-jangan laki-laki ini menyukainya.
“Aku tau aku terlalu banyak bertanya dari enam hari terakhir”
Yeri kali ini bicara. “Lalu? Aku sudah tau. Jadi kalau kau cuma mau membicarakan soal itu lebih baik aku—“
“Tidakkah kau juga punya banyak pertanyaan yang ditujukan padaku dikepalamu?” Laki-laki itu memotong. Yeri masih dengan tatapan sinisnya memandang laki-laki itu.
“Ya benar, aku punya banyak sekali pertanyaan. Mau dengar?”
Laki-laki itu mengangguk, matanya tak lepas dari tatapan sinis Yeri.
“Oke, aku mulai dari awal. Kau ini siapa? Kau ini tinggal dimana? Kenapa dari sekian banyaknya halte kau selalu ada di halte ini? Kenapa selalu berangkat jam tujuh pas? Apa kau tidak takut dimarahi guru di sekolah kita yang tidak semuanya berbaik hati mengizinkan kita masuk?” Yeri langsung membombardir laki-laki itu dengan banyak pertanyaan, ia bicara tanpa jeda sampai laki-laki itu terdiam sejenak berusaha mencerna pertanyaan Yeri.
“Aku tinggal di depan rumahmu, tepat sekali di depan rumahmu. Kamarmu dan kamarku seperti berhadapan. Dan kenapa aku harus selalu ada di halte ini? karena kau tahu sendiri, halte ini paling dekat dari rumah kita. Lalu soal berangkat jam tujuh pas, aku selalu bangun kesiangan dan tidak tidur tengah malam terus sama seperti kau. Dan pertanyaan terakhir, jawabannya adalah, aku sama sekali tidak takut karena bukankah sangat beruntung apabila kita disuruh pulang kembali? Kita tidak perlu mengikuti jam pelajaran” Laki-laki itu menjelaskan secara rinci dan tenang. Berbeda dengan Yeri yang tadi bertanya tergesa-gesa.
Mendengar semua jawaban itu, Yeri memutar otaknya. Ada beberapa jawaban dari laki-laki itu yang mengganggu pikirannya. 1. Sejak kapan rumah yang berada di depannya itu diisi? Setahu Yeri, rumah tingkat dua yang modelnya persis seperti rumahnya itu tidak pernah dihuni seseorang dan Yeri tidak pernah melihat ada orang yang pindahan ke rumah depan rumahnya itu. Yeri langsung merinding dan mengira bahwa laki-laki yang ada disampingnya ini hantu atau arwah yang sedang gentayangan. Yeri berusaha menenangkan pikirannya. Oh Kim Yeri, mana mungkin hantu muncul tiap pagi dan bahkan sekolah? Dan yang ke-2. Jawaban laki-laki itu saat mengatakan bahwa ia tidak tidur di tengah malam sama seperti Yeri. Apa maksudnya? Darimana ia tau kalau Yeri tidak tidur tengah malam? Apa ia melihat Yeri karaokean atau joget-joget aneh dikamar tengah malam saat Yeri tidak bisa tidur? Baru saja Yeri mau memikirkan jawaban laki-laki yang mengganggu yang ke-3, laki-laki itu mengulurkan tangannya dan membuat Yeri menatapnya dengan tatapan Apa?
“Kau belum tahu namaku bukan? Orang zaman dahulu bilang, memperkenalkan diri itu jauh lebih sopan dan lebih sah dengan berjabat tangan” Laki-laki itu mengulurkan tangannya semakin dekat dengan tangan Yeri. Yeri seperti terhipnotis dan menjabat uluran tangan tersebut.
“Namaku...”
Bus berhenti. Yeri langsung melemparkan pandangannya kearah bus yang sudah menunggu dan supir bus yang sudah memanggil Yeri dan laki-laki itu. ‘mau naik atau tidak?’. Yeri langsung panik dan mulai mengambil ancang-ancang untuk langsung menaikki bus tersebut namun, laki-laki itu belum melepaskan tangannya dari tangan Yeri.
“Kita bisa berkenalan nanti, bisakah sekarang kau lepaskan dulu tanganmu? Oh ayolah aku sedang buru-buru!” Yeri mulai panik. Namun laki-laki itu tak bergeming dan masih memegang tangan Yeri. Yeri berusaha melepaskan tangannya dari jabatan tangan laki-laki itu namun sulit.
“Aku juga sedang terburu-buru, tapi kau mau tau namaku kan?” Tanya laki-laki itu. Disaat-saat seperti ini ia masih memikirkan perkenalan? Yeri langsung melotot kesal.
“Lepaskan atau aku akan mengeluarkan jurus karateku?”
Yeri lalu menoleh lagi kearah bus dan sial. Busnya sudah melaju. Barulah laki-laki itu melepaskan tangan Yeri.
“Kau sengaja ya?” Yeri mulai membentak. Suaranya mulai melengking. Laki-laki itu malah tertawa dengan santainya.
“Hey, kalau kau mau bolos sekolah, kau tidak perlu mengajakku dan kau... kau ini kenapa sih? Kau sakit jiwa? Bus itu bisa jadi bus terakhir, dan kalau aku jalan kaki ke sekolah aku akan sampai jam berapa disana? Sekarang saja sudah jam tujuh lewat, kau mau aku—“ Yeri belum selesai berceloteh, laki-laki itu memotong.
“Ini hari Minggu”
Yeri terdiam dan langsung mengecek kalender di handphone-nya dan... ya laki-laki itu benar, sekarang hari Minggu dan Yeri seharusnya tidak sekolah di hari libur. Yeri langsung salah tingkah lalu langsung kesal karena tidak mengecek kalender dulu sebelum berangkat, ayah dan Ibu Yeri sedang ke luar kota, wajar saja ia kelepasan keluar dengan seragam ini.
“Kau benar” Ujar Yeri dengan nada cool. Berusaha bersifat tetap tenang dan tidak terlihat bodoh dihadapan laki-laki itu. Tapi yang membuat Yeri heran, kenapa laki-laki ini juga mau berangkat?
“Aku menyelamatkanmu kan? Lebih tepatnya menyelamatkan ongkosmu. Kalau saja aku tidak menjabat tanganmu tadi, kau pasti hanya akan membuang-buang uang dan tentunya energi”
“Ya” Yeri menjawab singkat. Sebenarnya ia ingin berterimakasih, namun gengsinya terlalu tinggi untuk mengatakannya pada laki-laki itu.
“Aku anggap ‘ya’ tadi adalah ucapan terimakasih” Ujar laki-laki itu santai.
“Kenapa kau juga berangkat?” Tanya Yeri, laki-laki itu terdiam sebentar lalu membuka jaketnya yang di dalamnya hanya kaos biasa, bukan seragam sekolah dan yang Yeri tidak sadar dari tadi adalah, celananya bukan celana untuk sekolah melainkan jeans gaya.
“Aku hanya ingin menemuimu saja”
Yeri tertawa geli kemudian langsung teringat lagi akan jawaban-jawaban laki-laki itu yang mengganggu pikirannya yaitu sejak-kapan-ia-tinggal-didepan-rumahnya dan darimana-dia-tau-kalau-aku-insomnia.
“Maaf ini terkesan tidak sopan dan lancang tapi kau siapa?” Yeri memberanikan diri bertanya. Laki-laki itu tersenyum.
“Perlu berjabat tangan lagi?”
“Tidak perlu. Cepat katakan saja, namamu”
“Jeon Jungkook”
Jungkook? Yeri bahkan tidak pernah mendengar dari siapapun bahwa ada seseorang bernama Jungkook yang tinggal diwilayah rumahnya. Yeri berkali-kali meyakinkan bahwa Jungkook bukan hantu, untung tadi sudah ada bukti. Tangannya benar-benar ada dan kakinya menapak dan yang jelas ia tidak tembus pandang—Oh ayolah Yeri, dia manusia.
“Maaf lagi-lagi aku tak sopan tapi aku akan membombardirmu dengan berbagai macam pertanyaan lagi. Siap menjawab? Sejujur-jujurnya.” Ujar Yeri sambil melipat tangannya dan menatap Jungkook penuh tatapan curiga. Jungkook hanya mengangguk.
“Sejak kapan kau tinggal dirumah di depan rumahku? Yang aku tahu, rumah itu kosong setelah sepasang suami istri tidak tinggal disitu lagi dan itu sudah lama sekali tidak dihuni, lalu kenapa kau tiba-tiba tinggal disitu? Ini pertanyaan yang pertama. Masih ada banyak pertanyaan yang akan menyusul setelah kau menjawab pertanyaan ini” Ujar Yeri bicara dengan cepat sampai membuat Jungkook melongo sesaat.
“Sepasang suami istri yang tinggal dirumah itu adalah ayah dan ibuku, aku sekolah menengah pertama di Busan jadi aku dan orangtuaku terpisah. Aku di Busan dengan kakek dan nenekku, orangtuaku di Seoul di depan rumahmu. Lalu sekarang aku sekolah menengah atas di Seoul jadi aku tinggal bersama ayah dan ibuku. Memangnya kau tidak kenal ayah dan ibuku? Mereka kan sudah cukup lama tinggal disitu” Jungkook menjawab dengan pelan dan tenang.
“Oh begitu... Aku jarang keluar rumah dan jarang bersosialisasi. Lagipula menurutmu, aku akan nyambung dengan ayah dan ibumu? Tentu saja tidak. Maka dari itu mungkin ayah dan ibuku yang tau tentang keluargamu, bukan aku” Yeri menjawab. Jungkook hanya bergumam dan mengangguk-angguk.
“Ada pertanyaan lagi, Kim Yeri?”
Baru saja Yeri mau menjawab, Yeri terbelalak akan satu hal. Darimana Jungkook tau namanya Kim Yeri?
“Darimana kau tau namaku? Seingatku selama seminggu kita bertemu aku tidak pernah memperkenalkan namaku”
“Dari ayah dan ibuku”
“Ayah dan Ibumu kenal aku?”
“Tentu. Aku yang tanya pada mereka, katanya kau itu Kim Yeri anaknya tetangga kami”
“Oh” Sepertinya Yeri terlalu curiga akan Jeon Jungkook.
“Dari ‘oh’-mu tadi sepertinya kau masih belum puas menanyakan berbagai macam hal padaku ya?”
“Tentu saja. Darimana kau tau aku tidak tidur di malam hari? Oh ya, kenapa kau menanyakan namaku pada Ayah dan Ibumu? Apa aku pernah bertingkah laku aneh di kamar dan kau melihatnya dari jendela kamarmu...?” Tanya Yeri ragu. Jelas saja Yeri takut Jungkook melihat kelakuan gilanya setiap larut malam karena tidak bisa tidur. Yeri membunuh rasa bosannya dengan melakukan hal gila seperti karaoke dengan suara keras,—tak peduli mengganggu Ayah dan Ibunya atau tetangga lain atau tidak—berlompat-lompat diatas kasur, menari-nari sambil menyetel lagu dengan dentuman keras dengan speaker dan ia terkadang melakukan itu tanpa menutup tirai jendela kamarnya terlebih dahulu, semakin memikirkan kegilaannya tanpa menutup tirai jendela kamarnya, Yeri semakin takut jika Jungkook ternyata benar-benar melihat kegilaannya itu.
“Jendela kamarmu yang besar dan jarang ditutup tirai itu. Dari situ aku melihatnya. Hal aneh seperti karaoke tengah malam dengan volume musik yang full atau lompat-lompat dikasur atau berjoget-joget tidak jelas?” Jungkook tersenyum jahil. Yeri langsung terbelalak, matanya melotot kearah Jungkook.
Sial, tepat sekali. dia lihat.
“Kau tidak mengiraku sakit jiwa kan?” Tanya Yeri ragu pada Jungkook. Jungkook menggeleng. Yeri menghela nafas lega. Namun muncul pikiran baru yang mengganggunya, Yeri teringat bahwa ia jarang atau bahkan tidak pernah menutup tirainya, ya ia memang seceroboh itu. Lalu ia teringat, bagaimana kalau ia berganti pakaian sebelum tidur? Jangan-jangan...
“Kau... kau ini penguntit mesum ya?!” Teriak Yeri sampai membuat orang-orang yang berjalan melwati halte menatap mereka dengan tatapan aneh. Jungkook langsung panik.
“Apa maksudmu? Aku hanya tidak sengaja melihat keanehanmu tiap malam karena aku juga tapi aku juga suka tidak tidur jadi itu tidak disengaja!” Ucap Jungkook panik. Yeri tetap lebih panik dari Jungkook, masalahnya adalah Jungkook pernah melihatnya berganti pakaian atau tidak?
“Kau... kenapa kau melihat jendela kamarku? Apa kau juga tidak menutup tiraimu?!” Yeri semakin sewot. Jungkook menutup telinganya karena suara Yeri yang sangat keras.
“Tenangkan dirimu bisa tidak sih? Iya aku tidak menutup tiraiku karena aku sangat suka langit, jadi aku selalu melihat langit tiap malam dan tidak menutup tiraku lalu aku tak sengaja harus melihat tingkah laku anehmu jadi—“
“Persetan dengan langit atau tingkah anehku. Bukan itu masalahnya Jeon Jungkook! Aku tidak pernah berganti pakaian saat tirai kamarku terbuka kan?” Yeri menatap Jungkook dengan tatapan mengintrogasi. Jungkook mulai memunculkan ide-ide jahil dikepalanya.
“Pernah” ujar Jungkook santai. Dan mulai menghitung dalam hati, pasti dalam htiungan 3 detik, Yeri akan langsung berteriak panik atau semacamnya. 3...
“BYUNTAE!!!!!!!! Otak mesum!!!!!!!!!” Tidak sampai 3 detik ternyata, hanya 1 detik saja Yeri langsung berteriak memaki Jungkook. Yeri memundurkan langkahnya menjauhi Jungkook, wajahnya benar-benar ketakutan. Jungkook tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Yeri.
“Hey Kim Yeri, reaksimu berlebihan. Konyol sekali. Kau tau aku kau ternyata masih waras, aku sesekali melihat tirai jendela kamarmu tertutup mungkin saat itu kau sedang berganti baju. Aku tidak merlihat apapun yang berbahaya. Okay? Jadi berhenti memanggilku byuntae”
Yeri menghela nafas lega. Ia terlalu berlebihan, namun sadar ia telah dijahili oleh kebohongan Jungkook yang membuatnya berteriak-teriak seperti orang kesetanan di halte.
“Benarkah?” Yeri menyipitkan matanya seolah-olah masih ragu. Jungkook tersenyum jahil—lagi.
“Aku tidak melihat apa-apa kok. Sungguh. Hanya saja saat kau berganti pakaian, meskipun tirai jendela kamarmu tertutup tapi masih kelihatan...sedikit”
Yeri langsung memukul Jungkook dan mulai mengambil ancang-ancang untuk menendang Jungkook dengan teknik karatenya.
“Aku hanya bercanda”
Yeri tetap memukul Jungkook. “Bercandamu tidak lucu!”
“Hey kau mau pergi hari ini?” Tanya Jungkook pada Yeri.
“Tidak. Kenapa?” Yeri sudah curiga pasti Jungkook akan mengajak Yeri pergi jalan-jalan atau apa, Yeri orangnya sangat peka sampai-sampai bisa dibilang terlalu gr.
“Ayo kita pergi”
“Kau kira aku mau pergi jalan-jalan dengan seorang penguntit mesum yang baru saja aku kenal namanya hari ini?” Yeri menatap Jungkook jutek. Jungkook tertawa.
“Kau kira aku ini orang jahat? Kalau aku orang jahat kenapa Ayah dan ibumu dekat dengan Ayah dan Ibuku?”
Yeri berpikir sesaat dan mematung diam. Jungkook menarik tangan Yeri tepat saat bus berhenti, Jungkook langsung menarik tangan Yeri masuk ke dalam bus.
“Eh kita mau kemana?” Yeri panik.
“Suatu tempat yang kau suka, tapi itu juga mungkin. Menurutku sih kau akan suka” Lalu Jungkook masih menarik tangan Yeri dan mereka duduk di kursi bus.
“Kau gila ya? Aku bahkan belum mengiyakan? Jujur ya, kau suka padaku ya? Maaf ya penguntit mesum tapi aku sedang patah hati jadi aku masih belum bisa—lebih tepatnya belum mau membuka hatiku pada laki-laki sembarangan seperti dulu lagi. Jadi sebaiknya kau menyerah sa—“
“Kita ke kebun binatang. Kau pasti senang kan? Aku yakin sih kau suka” Jungkook memotong. Yeri menatap Jungkook heran.
“Darimana kau tau aku suka binatang?”
“Kamarmu. Stiker berukuran besar yang tertempel di tembokmu itu kelihatan jelas sekali. Binatang semua, aku ingat kalau tidak salah ada harimau, buaya, panda, ular—“
“Oke penguntit mesum kau tidak perlu mengabsen semua stiker binatang yang ada dikamarku”
“Benar kan kau suka?”
Yeri hanya mengangguk. Namun Jungkook malah semakin penasaran.
“Kenapa kau suka?”
“Tidak ada alasan”
“Mana mungkin tidak ada alasan” Ucap Jungkook terus membombardir Yeri seolah-olah Yeri harus memberikan alasan yang jelas. Yeri memutar bola matanya.
“Kalau alasanku adalah karena binatang lebih setia dari manusia apa itu akan terdengar indah ditelingamu?”
Jungkook hanya tertawa. Kemudian suasana menjadi hening. Jungkook tidak mengajak ngobrol Yeri dan hanya menatap jendela bus dan menatap langit biru yang indah dan cerah.
“Kau suka langit?” Yeri bertanya tiba-tiba. Jungkook langsung mengubah fokusnya dari langit menjadi kearah Yeri.
“Bukankah aku sudah bilang? Ya aku suka. Itulah alasan kenapa aku tidak menutup tiraiku juga”
Yeri hanya mengangguk-angguk paham. Lalu suasana kembali hening.
“Kau mau bertukar tempat duduk denganku? Langitnya sangat indah mungkin kau suka”
“Tidak usah, bukankah kau yang terang-terangan bilang kalau kau suka langit? Oh ya, kau tidak perlu memperhatikanku lagi karena ya kau tau ini agak sedikit aneh tapi tiap siang hari aku bisa tidur dimana saja tanpa sadar jadi kalau tiba-tiba aku terlelap kau jangan bangunkan aku dan bangunkan aku saat kita sudah sampai saja oke?” Ujar Yeri cepat. Jungkook hanya tertawa kecil lalu mengiyakan. Dan beberapa menit kemudian Yeri sudah berada dalam alam mimpinya.
***
Yeri berjalan dengan keadaan belum “sadar” sepenuhnya. Ia bisa dikatakan tengah berjalan sambil tidur. Sesekali ia ‘ngelindur’ sampai membuat Jungkook terheran-heran ‘sebenarnya dia sudah bangun dari tidurnya belum sih’.
“Kim Yeri!” Teriak Jungkook di telinga Yeri, Yeri langsung terbelalak dan sadar dari alam mimpinya.
“Dimana kita?” Ujar Yeri sambil mengedip-ngedipkan matanya lalu menguap.
“Sudah sampai. Di tempat yang kau sukai”
Yeri seketika tersenyum melihat gerbang kebun binatang. Sudah lama ia tidak kesini, terakhir kesini mungkin saat diadakan study tour tentang hewan dari sekolah menengah atasnya.
“Kenapa kau mengajakku kesini?”
“Karena kau suka kan, Kim Yeri?”
“Iya tapi kenapa mendadak hari ini harus kesini?”
“Karena bosan dan kau juga tidak ada acara kan?”
Yeri tak menjawab lagi. Kemudian suasana canggung. Mereka mungkin harus berkenalan sekali lagi karena mereka belum benar-benar kenal satu sama lain.
“Yasudah ayo masuk” Ujar Jungkook mendorong Yeri.
“Hey, kita pisah saja ya? Aku ingin punya waktu sendiri dengan binatang-binatang ini” Kata Yeri dengan semangat pada Jungkook.
Belum sempat Jungkook mengiyakan, Yeri sudah beranjak pergi meninggalkannya. Jungkook.
“Dasar cewek aneh...” Ujar Jungkook sambil memutar bola matanya.
***
Setelah berjalan memutari kebun binatang sendirian, Jungkook mulai merasa bosan dan mencari Yeri.
Tak sulit mencari Yeri, ternyata ia sedang berada di pusat makanan, namun Yeri hanya berdiri mematung dan arah matanya menuju sepasang kekasih yang sedang makan eskrim bersama, dan laki-lakinya adalah Taeyong, mantan pacarnya sendiri. Jungkook lalu menghampiri Yeri.
“Kim Yeri” Panggil Jungkook. Yeri tak bergeming. Jungkook lalu melambai-lambaikan tangannya didepan mata Yeri namun Yeri tidak berkedip sedikitpun. Malah matanya mulai mau menangis melihat sepasang kekasih itu.
Jungkook mulai bisa membaca situasi dan perasaan Yeri. Lalu Jungkookpun melakukan sesuatu yang menurutnya bisa menenangkan suasana hati Yeri yang mungkin sangat hancur saat ini.
Jungkook memeluk Yeri dari belakang. Membuat Yeri terkejut dan merasa jantungnya mau copot. Apa yang Jungkook lakukan?
Tapi cara Jungkook memeluk Yeri ini sangat aneh, karena Jungkook sedikit lebih tinggi dari Yeri, ia lalu memeluk kepala Yeri dan malah terlihat seperti mau mencekik Yeri. Seperti Baymax yang memeluk Hiro (Big Hero 6). Yeri langsung terheran-heran.
“Aku pernah nonton di film Big Hero 6, rilis tahun 2014. Kau pasti sudah menontonnya kan?”
Yeri tak bergeming. Masih kaget dan jantungnya terasa berdebar-debar kencang.
“Oke kau pasti pernah menontonnya. Kau tahu, aku memelukmu seperti Baymax memeluk Hiro. Kenapa? Karena menurut Baymax, pelukan itu bisa menenangkan dan menyembuhkan luka dihati ya kira-kira seperti itulah”
***
Jungkook dan Yeri kini sedang dalam perjalanan pulang. Semenjak kejadian tadi suasana benar-benar hening dan canggung. Tak ada satupun dari Jungkook dan Yeri yang memulai pembicaraan. Jungkook tidak duduk dikursi bus sebelah Yeri, melainkan memilih berdiri dan tidak duduk padahal bus sudah berjalan.
“Duduklah”
“Tidak apa-apa sebaiknya aku berdiri saja”
“Langit malam ini sangat bagus, jadi duduklah”
Mendengar itu, Jungkook langsung duduk dan melemparkan tatapannya kearah bintang-bintang yang bersinar menyinari langit malam. Jungkook lalu tersenyum lalu mengalihkan pandangannya kearah Yeri.
“Soal tadi... aku tau aku sangat lancang apalagi kita baru berkenalan hari ini. Jadi aku benar-benar minta ma—“ Jungkook berniat mengucapkan bahwa ia benar-benar minta maaf atas perilakunya yang seperti Baymax di kebun binatang tadi, tapi kata-kata maaf itu belum keluar dari mulutnya karena sudah dipotong oleh Yeri.
“Terimakasih” Yeri memotong. Jungkook terbelalak.
“Untuk apa?” Tanya Jungkook penasaran. Namun Yeri tidak menghiraukan pertanyaan Jungkook dan langsung memasang earphone di telinganya. Jungkook langsung paham, bahwa untuk orang bergengsi tinggi seperti Yeri, tentu sangat sulit mengucapkan terimakasih, tapi akan sangat sulit juga untuk menjelaskan alasan kenapa berterimakasihnya juga.
“Tiba-tiba saja aku ngantuk. Padahal masih jam tujuh, jadi aku minta maaf kalau aku tidur. Kau tahu malam nanti aku akan bertarung dengan rasa bosanku karena aku yakin insomniaku akan hadir jadi aku mau tidur sekarang... setidaknya 30 menit cukup. Oh ya, tolong cek handphoneku ya. Kalau baterainya low tolong matikan musiknya. Handphoneku tidak pakai password jadi akan mudah” Ujar Yeri dengan cepat dan langsung memejamkan matanya tanpa memberi kesempatan untuk Jungkook menjawab.
Beberapa menit berlalu, Yeri sudah terlelap. Jungkook lalu mengecek handphone Yeri sesuai perintahnya dan melihat bar baterainya dan baterai handphonenya sudah low. Lalu Jungkook mematikan musik di handphone Yeri, namun ia tidak hanya melakukan itu. Ia pun memasukkan nomor teleponnya dan menelepon nomor teleponnya sendiri untuk mengetahui nomor Yeri.
Dan Jungkookpun mulai memberi nama pada nomor teleponnya di kontak Yeri yaitu “Jungkook oppa”.
***
Setelah berjalan dari halte pemberhentian sampai rumah, tidak ada satupun dari Yeri dan Jungkook yang masuk kedalam rumahnya masing-masing. Mereka berdiri mematung tanpa mengeluarkan suara apapun. Karena udaranya sangat dingin, Jungkook khawatir Yeri si gadis bergengsi tinggi ini akan mati membeku, ia sudah bisa membaca situasi saat ini yaitu Yeri-ingin-cepat-cepat-masuk-dan-menghangatkan-dirinya-namun-ia-gengsi-untuk-masuk-duluan.
“Masuklah”
Yeri lalu menatap Jungkook dan menggeleng.
“Ladies first” Jungkook mulai memaksa. Yeri lagi-lagi menggeleng. Jungkook menghela nafas gusar. Lalu kedua tangan Jungkook memegang pipi Yeri. Pipinya dingin sekali, Jungkook sampai kaget dan tidak sadar bahwa yang ia pegang itu benar-benar pipi bukan es batu. Yeri terbelalak begitu merasakan hangatnya tangan Jungkook dipipinya. Melihat reaksi Yeri yang kelihatannya sangat kaget, Jungkook melepaskan tangannya dari pipi Yeri.
“Pipimu... dingin sekali. Cepat masuk”
Yeri kali ini tidak menggeleng lalu ia membuka pagar rumahnya dan ketika mau menguncinya ia melihat lagi kearah Jungkook.
“Kau juga masuk. Kau bisa kena flu kalau berdiam diri terlalu lama di tengah malam yang cukup dingin ini” Ujar Yeri tersenyum lalu berjalan membuka pintu rumahnya dan masuk.
Jungkook tetap diam. Merasa terpukau dan terpesona setelah diberikan sebuah senyuman manis dari gadis itu. Tak lama Yeri sudah ada dikamarnya dan duduk dimeja belajarnya yang menghadap ke jendela luar. Dari bawah Jungkook menatapnya sambil tersenyum.
Muncul ide jahil dalam diri Jungkook, ia mengambil batu kerikil dan melemparnya ke jendela kamar Yeri.
Yeri langsung kaget dan menatap kebawah. Kenapa dia belum masuk juga?
Yeri menatap Jungkook dengan tatapan aneh, tidak Yeri tidak marah akan kelakuan jahil Jungkook, hanya saja ia bingung kenapa laki-laki itu tidak segera masuk ke dalam rumahnya sendiri? Jungkook lalu mengambil handphone dari saku celananya dan mengetik sms untuk Yeri.
Yeri lalu mengecek handphonenya, ternyata ada sms masuk dan Yeri kaget melihat nama pengirim sms itu dan isi sms-nya.
From: Jungkook oppa.
Terimakasih untuk hari ini, Kim Yeri.
Yeri lalu membalas sms itu.
To: Jungkook oppa.
Kapan kau menyimpan nomor ponselmu dengan nama semenjijikan ini?
P.S: Cepat masuk, udaranya dingin sekali diluar. Kau mau mati?
Jungkook tersenyum begitu melihat balasan dari Yeri dan membalasnya.
To: Kim Yeri
Apanya yang menjijikan? Aku kan 2 tahun lebih tua darimu, jadi kau harus memanggilku ‘oppa’.
Iya aku akan masuk, kau ini bawel sekali.
Jungkook tahu Yeri khawatir apabila Jungkook tidak masuk juga. Jungkookpun akhirnya masuk ke rumahnya. Yeri menghela nafas lega, kalau ia tidak menyuruh Jungkook untuk segera masuk ke rumahnya, pria itu bisa mati membeku atau berubah menjadi bongkahan es.
Yeri lalu memastikan bahwa Jungkook sudah masuk. Ia lalu menyalakan laptopnya, berusaha menghibur kebosanannya yang akan terus berlaku sampai jam empat atau lima pagi. Yeri mengusap-usap matanya. Sebenarnya ia lelah sekali, ia ingin tidur tapi tidak bisa. Yeri lalu hanya berkutat dengan laptopnya, mencari film atau drama yang belum pernah ia tonton. Sayangnya semua drama atau film yang ada dilaptopnya sudah pernah ia tonton semua demi menghibur malamnya yang membosankan.
Yeri memutuskan untuk menyetel lagu dan memasag earphonenya, lagu pertama yang terdengar di telinganya adalah lagu Taeyong dan GD yaitu Good Boy, Yeri langsung mengganti lagu itu karena sangat tidak sesuai untuk disetel dimalam hari yang sepi dan untuk suasana hatinya yang lelah. Lalu ia memindahkan lagunya, karena di shuffle mode, Yeri tidak tahu lagu apa yang akan terputar selanjutnya. Lalu lagu soundtrack drama Scarlet Heart Ryeo, Loco&Punch – Say Yes terdengar ditelinganya dan tepat saat lagu itu mulai, terdengar suara berisik di sebrang seperti suara kaca yang diketuk-ketuk. Yeri lalu melihat ke sebrang, melihat Jungkook sedang duduk di depan meja belajarnya yang terletak di depan jendela . Posisi meja belajar mereka ternyata berhadapan, sehingga sekarang mereka sedang bertatapan. Yeri menatap Jungkook lama, tak bergeming dan lagu romantis itu terus berjalan. Yeri merasa ada yang aneh dihatinya, kenapa ia merasa soundtrack ini sangat sesuai ketika ia melihat Jungkook disebrang yang sedang melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum kearah Yeri?
Yeri lalu bergumam dalam hatinya “Tidak. Tidak mungkin aku-“
니 눈앞에 왔잖아
I’m in front of you
내가 여기 있잖아
I’m right here
너의 입술로 말을 해줘
Tell me with your lips
say yes say yes
Lalu dering sms Yeri mengagetkannya, ia lalu menghentikan lagunya sejenak dan berusaha menenangkan dirinya dan jantungnya yang berdegup sangat cepat.
From: Jungkook oppa.
Hey kau yang sedang bermain laptop! Apakah di laptopmu ada skype? Aku minta ID-mu!
Yeri tertawa membaca sms itu. “Untuk apa aku memberikan ID skype-ku pada laki-laki sok kenal itu?”
Ia berusaha sebisa mungkin untuk mengabaikan sms itu, namun ia tak bisa. Ia tetap membalasnya dan memberikan ID-nya. Ia memutar kembali lagu Loco&Punch – Say Yes.
나도 모르게
Without knowing
너에게 가고 있나봐
I’m going to you
부는 바람에 내 맘 전할래
I wanna tell you my heart with the blowing wind
love is true
Yeri lalu tersadar bahwa ada yang aneh dari dirinya. Bagaimana bisa ia jatuh hati pada seseorang hanya dalam tujuh hari? Dan bagaimana bisa ia rindu ingin bertemu Jungkook walaupun sekarang Jungkook ada dihadapannya—disebrang rumahnya lebih tepatnya.
Lalu Yeri login di skype-nya dan langsung muncul chat dari Jungkook.
jeonjungkook97: ID-mu hampir sama dengan ID-ku. Kebetulan?
kimyeri99: apanya yang sama? Angkanya saja beda.
jeonjungkok97: tapi kan terlihat sama... yasudah lupakan saja masalah ID ini. Kau bosan ya?
kimyeri99: Setiap malam juga begini...
jeonjungkook97: kalau begitu aku akan mengubah malam-mu yang membosankan ini. Terima video call dariku ya.
kimyeri99: hmm ok.
Akhirnya mereka video call. Yeri melihat di layar Jungkook tengah sibuk mengotak-atik gitar yang entah sejak kapan ia ambil. Yeri hanya bisa bertanya-tanya apa yang akan Jungkook lakukan dengan gitar itu.
Dan dari laptop itu terdengar suara Jungkook dan gitarnya mengalunkan lagu Coffee – BTS.
baby baby 그대는
Baby baby, you’re a
Caramel Macchiato
여전히 내 입가엔
Your scent is still
그대 향기 달콤해
sweet on my lips
baby baby tonight
Yeri terpana. Ia tidak melihat layar laptopnya tapi ia melihat Jungkook di jendela. Yeri merasa di hatinya sedang banyak bunga-bunga bermekaran dan jantungnya seperti sudah tidak kuat lagi ingin copot.
Jungkook sadar bahwa Yeri melihat kearah jendela, dan Jungkookpun mengarahkan pandangannya kearah jendela kamar Yeri juga. Mereka kini bertatapan dari jendela masing-masing. Suara Jungkook bernyanyi masih terdengar di laptop Yeri, petikan gitarnya dan suaranya yang menenangkan hatinya. Dan Jungkookpun menghentikan nyanyiannya.
jeonjungkook97: bagaimana? apa itu bisa menenangkan hatimu dan membunuh rasa bosan yang menghantuimu?
kimyeri99: terimakasih... Jungkook oppa.
jeonjungkook97: EH???? AKU TIDAK SALAH BACA NIH
kimyeri99: reaksimu berlebihan deh.
jeonjungkook97: haha maaf Yeri-ya, aku hanya terlalu kaget kau memanggilku oppa. Sering-sering ya!
kimyeri99: tidak mau ah, menggelikan.
jeonjungkook97: dasar cewek bergengsi tinggi.
kimyeri99: dasar cowok aneh.
jeonjungkook97: umm, aku lelah mengetik. aku ingin bicara saja.
“Dengarkan aku baik-baik” Ucap Jungkook. Yeri menatap layar laptop dengan penuh tanya. Jantungnya masih berdebar.
“Kau ingat kan tadi aku bilang aku sangat suka langit. Malam ini langitnya bagus sekali makanya aku membuka tirai jendela kamarku.”
Jungkook berhenti bicara sejenak. Yeri masih menatap layar laptop dengan tatapan ia siap mendengarkan semua ucapan Jungkook.
“Hari pertama saat aku pindah ke rumah ini aku memutuskan untuk bermain game di laptop sampai larut malam. Karena tidak bisa tidur, aku langsung membuka tirai jendela kamarku untuk melihat langit, tapi yang aku lihat bukan hanya langit tapi ada seorang gadis aneh tengah melompat-lompat di tempat tidur dengan dentuman lagu yang keras”
“Keesokkan harinya aku ingin melihat langit di tengah malam lagi tapi sebenarnya aku juga penasaran apakah gadis itu akan melakukan hal-hal gila lainnya atau tidak. Jadi saat tengah malam aku membuka tirai jendela kamarku dan mendapati gadis itu sedang karaoke diatas tempat tidur”
“Setiap tengah malam aku tidak tidur dan selalu membuka tirai jendela kamarku untuk melihat langit malam yang indah. Tapi sejak saat itu, tujuanku bukan hanya untuk melihat langit malam saja.”
“Aku membiasakan tidak tidur tengah malam untuk melihat langit malam dan juga untuk... melihat gadis gila itu dan agar bisa telat berangkat sekolah bersama.”
“Aku aneh ya? Mungkin aku selalu ingin melihat gadis gila itu karena aku menyukainya”
“Dan gadis gila yang selalu ingin ku lihat saat tengah malam adalah kau, Kim Yeri.”
Yeri terdiam, ia merasakan hatinya sangat berbunga-bunga mendengarkan semua ucapan Jungkook tadi. Dan Yeri tahu bahwa ia beruntung, malam-malam berikutnya ia tidak akan pernah merasa bosan lagi.
The End.